Rabu, 28 September 2016

Apakah Nikotin Menyebabkan Candu?

Foto diambil dari : sini

Kebanyakan perokok menggunakan tembakau terus menerus karena mereka ketergantungan pada nikotin. Adiksi (ketergantungan) dikarakterisasi dengan pencarian dan penyalahgunaan obat secara kompulsif, meskipun dihadapkan dengan efek negatif pada kesehatan. Tercatat bahwa kebanyakan perokok sudah mengerti akan bahayanya rokok dan memutuskan untuk mengurangi atau berhenti, dan sekitar 35 juta dari mereka ingin berhenti setiap tahunnya. Tapi sayangnya, lebih dari 85 persen dari mereka yang mencoba berhenti, menyerah dalam waktu 1 minggu.

Penelitian telah menunjukkan bagaimana nikotin bekerja di otak dalam menghasilkan berbagai efek. Ditemukan bahwa nikotin mengaktifkan jalur sirkuit di otak yang meregulasi perasaan senang. Salah satu zat kimia di otak yang mempengaruhi keputusan untuk mengkonsumsi obat-obatan adalah neurotransmitter dopamin, dan penelitian menunjukkan bahwa nikotin meningkatkan kadar dopamin di sirkuit tersebut. Reaksi ini sama dengan yang terlihat pada penyalahgunaan obat lainnya dan diduga mendasari adanya sensasi kenikmatan yang dialami oleh banyak perokok.

Untuk para pengguna tembakau, perubahan otak jangka panjang yang diinduksi oleh paparan nikotin berkepanjangan menghasilkan ketergantungan. Merokok menghasilkan distribusi nikotin secara cepat ke otak, dengan kadar yang mencapai ppncak dalam waktu 10 detik dari inhalasi. Namun, efek akut dari nikotin menghilang dengan cepat, begitupun perasaan puas terhadapnya, yang menyebabkan perokok terus memelihara dosis untuk mempertahankan efek menyenangkan dan mencegah gejala putus obat (sakau).


Gejala Putus Nikotin (sakau akibat nikotin) meliputi gangguan emosi (lekas marah), keletihan, depresi, kecemasan, defisit kognitif dan perhatian, gangguan tidur, dan nafsu makan meningkat. 

Gejala ini mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah hisapan rokok terakhir, sehingga akan dengan cepat membuat orang kembali merokok. Gejala puncak terjadi dalam beberapa hari pertama pasca berhenti merokok dan biasanya mereda dalam beberapa minggu. Bagi sebagian orang, bagaimanapun, gejala dapat bertahan selama berbulan-bulan.

Meskipun gejala putus obat (sakau / withdrawl) tersebut berkaitan dengan efek farmakologis nikotin, banyak faktor perilaku juga dapat mempengaruhi tingkat keparahan gejala tersebut. Bagi sebagian orang, rasa, bau, dan kebiasaan melihat rokok serta ritual memperoleh, penanganan, pencahayaan, dan menghisap rokok, semuanya terkait dengan efek menyenangkan yang didapat dari merokok dan dapat membuat withdrawl makin membutuk.

Terapi pengganti nikotin seperti permen karet, patch, dan inhaler dapat membantu meringankan aspek farmakologi withdrawl; Namun, rasa ingin merokok (seperti mengidam) tetap bertahan. Terapi perilaku dapat membantu perokok mengidentifikasi pemicu lingkungan dari keinginan mengidam tersebut, sehingga mereka dapat menerapkan strategi untuk mencegah atau menghindari gejala ini dan mendesak.

Artikel diteruskan dari : sini
Diterjemahkan oleh : dr.Ahmad Fachrurrozi

1 komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...