Kamis, 06 Oktober 2016

Autofagi, Temuan Peraih Nobel Kedokteran 2016


Prof. Yoshinori Ohsumi - Peraih Nobel Kedokteran 2016


Kata autofagi berasal dari bahasa Yunani kuno auto-, yang berarti "diri", dan phagein, yang berarti "memakan". Sehingga autofagi memiliki makna memakan diri sendiri. Konsep ini berkembang di era 1960-an, ketika para peneliti pertama kali melihat bahwa sel dapat menghancurkan kandungan selnya dengan menempelkannya pada membran, membentuk gelembung mirip karung yang dipindahkan ke kompartemen daur ulang, disebut sebagai lisosom, untuk degradasi.

Kesulitan dalam mempelajari fenomena tersebut menunjukkan bahwa masih sedikit yang diketahui hingga, dalam sebuah rangkaian penelitian brilian di awal 1990-an, Yoshinori Ohsumi menggunakan Ragi Roti untuk mengidentifikasi gen utama dalam mekanisme autofagi.

Ia kemudian menjelaskan mekanisme yang mendasari autofagi pada ragi dan menunjukkan bahwa mesin canggih yang sama digunakan pada sel sel kita.

Penemuan Ohsumi menggiring pada paradigma baru dalam pemahaman kita tentang bagaimana sel mendaur ulang isi kandungan selnya. Penemuannya tersebut membuka jalur untuk memahami prinsip dasar dari pentingnya autofagi dalam berbagai proses fisiologis, seperti adaptasi terhadap kelaparan sel atau respon terhadap infeksi. Mutasi pada gen autofagi dapat menyebabkan penyakit, dan proses autofagi melibatkan banyak kondisi termasuk kanker dan penyakit neurologis.

DEGRADASI - fungsi sentral dari semua sel sel hidup

Pada pertengahan tahun 1950-an, para ilmuan mengobservasi sebuah kompartemen sel khusus baru, disebut organel, mengandung enzim enzim yang mencerna protein, karbohidrat, dan lemak. Kompartemen khusus ini disebut sebagai lisosom dan berfungsi sebagai stasiun untuk degradasi konstituen seluler. Ilmuan Belgia Kritian de Duve dianugerahi Nobel dalam bidang Fisiologi – Kedokteran tahun 1974 atas penemuan lisosom. Pengamatan yang baru sekitar tahun 1960-an memperlihatkan jumlah yang besar dari isi sel, dan bahkan keseluruhan organel, yang terkadang dapat ditemukan dalam lisosom.

Sehingga sel tampaknya memiliki strategi untuk mengirimkan muatan dalam jumlah besar ke dalam lisosom. Lebih lanjut, analisis mikroskopik dan biokimia memecahkan tipe baru dari vesikel yang mengirimkan muatan seluler ke lisosom untuk didegradasi. Christian de Duve, ilmuan di balik penemuan lisosom, menciptakan istilah autofagi, “self-eating” (memakan diri sendiri), untuk menggambarkan proses ini. Vesikel vesikel baru tersebut dinamakan autofagosom.

Gambar 1 : Sel Sel kita memiliki kompartemen-kompartemen khusus yang berbeda. Lisosom membentuk suatu kompartemen dan mengandung enzim untuk mencerna isi sel. Jenis vesikel baru disebut autofagosom terlihat di dalam sel. Sebagai bentuk autofagosom, vesikel ini menelan isi sel, seperti protein dan organel yang rusak. Akhirnya, melebur bersama lisosom, yang isinya didegradasi kedalam komponen yang lebih kecil. Proses ini memberikan sel nutrisi dan membangun dinding untuk regenerasi.


Sepanjang tahun 1970 dan 1980-an para peneliti memfokuskan untuk menguraikan sistem lain yang digunakan untuk degradasi protein, dinamakan “proteasome”. Dalam lingkup penelitian ini, Aaron Ciechanover, Avram Harshko, dan Irwin Rose dianugerahi Novel bidang kimia tahun 2004 untuk temuan “ubiquitin yang memediasi degradasi protein”.
Proteasome secara efisien mendgradasi protein satu per satu, tetapi mekanisme ini tidak menjelaskan bagaimana sel menyingkirkan kompleks protein yang lebih besar dan organel yang telah usang. Dapatkah proses autofagi menjadi jawaban, dan jika iya, bagaimana mekanismenya?

PERCOBAAN INOVATIF

Yoshinori Ohsumi telah lama aktif dalam berbagai area penelitian, tetapi setelah memulai lab-nya sendiri di tahun 1988, dia memfokuskan usahanya pada penelitian degradasi protein dalam vakuola, sebuah organel yang mirip dengan lisosom. Sel sel ragi cenderung lebih mudah untuk dipelajari dan sehingga sering digunakan sebagai model dari sel sel manusia. Sel sel ini terutama berguna untuk identifikasi gen yang penting dalam jalur kompleks seluler. 

Tetapi Ohsumi saat itu menghadapi tantangan utama; sel sel ragi memiliki bentuk yang kecil dan struktur dalamnya tidak mudah dibedakan dibawah mikroskop dan karenanya, Ohsumi tidak yakin apakah bahkan autofagi benar benar ada dalam organisme ini. Ohsumi beralasan bahwa jika ia dapat mengganggu proses degradasi dalam vakuola selama proses autofagi aktif, lalu autofagosom harus diakumulasikan dalam vakuola dan menjadi terlihat dibawah mikroskop.

Ia kemudian mengkultur ragi yang telah termutasi dan kehilangan enzim degradasi vakuolar dan secara simultan menstimulasi autofagi dengan membuat sel sel kelaparan. Hasilnya begitu menyolok! Dalam hitungan jam, vakuola terisi dengan vesikel vesikel kecil yang tidak terdegradasi. Vesikel vesikel tersebut merupakan autofagosom dan penelitian Ohsumi membuktikan bahwa autofagi ada di sel sel ragi. Tetapi yang lebih penting lagi, dia sekarang memiliki metode untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi gen gen kunci yang terlibat dalam proses ini. Ini merupakan gebrakan besar dan Ohsumi mempublikasikan hasilnya pada tahun 1992.

Gambar 2. Pada rahi (gambar kiri), sebuah kompartemen besar yang disebut Vakuola mirip dengan lisosom pada sel mamalia. Ohsumi membuat ragi kehilangan enzim pendegradasi vakuola. Ketika sel sel ragi ini kelaparan, autofagosom secara cepat terakumulasi di vakuola (gambar tengah). Penelitiannya tersebut mendemonstrasikan bahwa autofagi terdapat pada ragi. Sebagai tahap lanjut, Ohsumi meneliti ribuan ragi yang termutasi (gambar kanan) dan mengidentifikasi 15 gen yang memiliki peranan penting untuk autofagi
 
GEN AUTOFAGI TELAH DITEMUKAN

Ohsumi kini mendapat keuntungan atas rekayasa strain ragi yang mana autofagosom-autofagosomnya terakumulasi saat kelaparan. Akumulasi ini seharusnya tidak terjadi jika gen gen penting pada autofagi diinaktivasi. Ohsumi memaparkan sel sel ragi pada bahan kimia yang secara acak mengenalkan mutasi mutasi di banyak gen, lalu ia menginduksi autofagi.

Strateginya sungguh bekerja dengan baik! Dalam satu tahun dari penemuaannya terhadap autofagi di sel ragi, Ohsumi berhasil mengidentifikasi gen pertama yang penting dalam mekanisme autofagi. Dalam serial penelitian berikutnya, protein-protein yang dikodekan menurut gen gen ini telah dikarakterisasi secara fungsional. Hasil ini menunjukkan bahwa autofagi dikontrol oleh kaskade protein dan kompleks protein, masing-masingnya meregulasi tahap yang berbeda dari inisiasi dan formasi autofagosom.

Gambar 3. Ohsumi mempelajari fungsi dari protein-protein yang disandikan oleh gen kunci autofagi. Dia menggambarkan bagaimana sinyal stress menginisiai autfagi dan mekanisme oleh protein dan kompleks protein yang mendukung tahap terpisah dari formasi autofagosom

AUTOFAGI – Mekanisme Esensial di Sel Sel Kita

Setelah identifikasi dari mesin yang menginduksi autofagi dalam sel ragi, pertanyaan kuncinya masih tersisa. Apakah ada mekanisme yang bertanggung jawab untuk mengontrol proses ini di tubuh organisme lain? Tak lama kemudian, hal tersebut menjadi jelas bahwa mekanisme yang secara virtual idientik beroperasi di sel sel kita. Peralatan penelitian yang dibutuhkan untuk menginvestigasi pentingnya autofagi di tubuh manusia, kini telah tersedia.

Terima kasih untuk Ohsumi dan rekan rekan sepenelitiannya, sekarang kita tahu bahwa autofagi mengontrol fungsi fisiologis yang begitu penting, dimana komponen seluler perlu untuk didegradasi dan didaur ulang. Autofagi dapat dengan cepat menyokong bahan bakar untuk energi dan membangun blokade untuk regenerasi dari komponen-komponen selular, dan sehingga penting untuk respons seluler terhadap kelaparan dan tipe stress lainnya.
Setelah infeksi, autofagi dapat mengeliminasi bakteri dan virus yang menginvasi intraseluler. 

Autofagi berkontribusi dalam perkembangan embrio dan diferensiasi sel. Sel-sel juga menggunakan autofagi untuk mengeliminasi protein-protein dan organel-organel yang rusak, sebuah mekanisme kontrol kualitas yang penting untuk menangkal efek negatif dari penuaan.
Autofagi yang terganggu, dihubungkan dengan penyakit Parkinson, DM Tipe 2, dan gangguan lainnya yang terjadi pada usia tua. Mutasi-mutasi pada gen autofagi dapat menyebabkan penyakit genetik. Gangguan-gangguan pada mesin autofagi juga telah dihubungkan dengan kanker. Penelitian intens saat ini berlangsung untuk memngembangkan obat-obat yang dapat menargetkan autofagi pada berbagai penyakit.

Autofagi juga telah diketahui lebih 50 tahun tetapi fungsi fundamentalnya di bidang fisiologi dan kedokteran hanya dijetahui setalah penelitian Yoshinori Ohsumi yang telah menggeser paradigma era 1990-an. Untuk hasil penelitiannya, dia dianugerahi Nobel tahun ini di bidang fisiologi-kedokteran.

Diteruskan dari : sini
Diterjemahkan oleh : dr. Ahmad Fachrurrozi

Rabu, 28 September 2016

Apakah Nikotin Menyebabkan Candu?

Foto diambil dari : sini

Kebanyakan perokok menggunakan tembakau terus menerus karena mereka ketergantungan pada nikotin. Adiksi (ketergantungan) dikarakterisasi dengan pencarian dan penyalahgunaan obat secara kompulsif, meskipun dihadapkan dengan efek negatif pada kesehatan. Tercatat bahwa kebanyakan perokok sudah mengerti akan bahayanya rokok dan memutuskan untuk mengurangi atau berhenti, dan sekitar 35 juta dari mereka ingin berhenti setiap tahunnya. Tapi sayangnya, lebih dari 85 persen dari mereka yang mencoba berhenti, menyerah dalam waktu 1 minggu.

Penelitian telah menunjukkan bagaimana nikotin bekerja di otak dalam menghasilkan berbagai efek. Ditemukan bahwa nikotin mengaktifkan jalur sirkuit di otak yang meregulasi perasaan senang. Salah satu zat kimia di otak yang mempengaruhi keputusan untuk mengkonsumsi obat-obatan adalah neurotransmitter dopamin, dan penelitian menunjukkan bahwa nikotin meningkatkan kadar dopamin di sirkuit tersebut. Reaksi ini sama dengan yang terlihat pada penyalahgunaan obat lainnya dan diduga mendasari adanya sensasi kenikmatan yang dialami oleh banyak perokok.

Untuk para pengguna tembakau, perubahan otak jangka panjang yang diinduksi oleh paparan nikotin berkepanjangan menghasilkan ketergantungan. Merokok menghasilkan distribusi nikotin secara cepat ke otak, dengan kadar yang mencapai ppncak dalam waktu 10 detik dari inhalasi. Namun, efek akut dari nikotin menghilang dengan cepat, begitupun perasaan puas terhadapnya, yang menyebabkan perokok terus memelihara dosis untuk mempertahankan efek menyenangkan dan mencegah gejala putus obat (sakau).


Gejala Putus Nikotin (sakau akibat nikotin) meliputi gangguan emosi (lekas marah), keletihan, depresi, kecemasan, defisit kognitif dan perhatian, gangguan tidur, dan nafsu makan meningkat. 

Gejala ini mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah hisapan rokok terakhir, sehingga akan dengan cepat membuat orang kembali merokok. Gejala puncak terjadi dalam beberapa hari pertama pasca berhenti merokok dan biasanya mereda dalam beberapa minggu. Bagi sebagian orang, bagaimanapun, gejala dapat bertahan selama berbulan-bulan.

Meskipun gejala putus obat (sakau / withdrawl) tersebut berkaitan dengan efek farmakologis nikotin, banyak faktor perilaku juga dapat mempengaruhi tingkat keparahan gejala tersebut. Bagi sebagian orang, rasa, bau, dan kebiasaan melihat rokok serta ritual memperoleh, penanganan, pencahayaan, dan menghisap rokok, semuanya terkait dengan efek menyenangkan yang didapat dari merokok dan dapat membuat withdrawl makin membutuk.

Terapi pengganti nikotin seperti permen karet, patch, dan inhaler dapat membantu meringankan aspek farmakologi withdrawl; Namun, rasa ingin merokok (seperti mengidam) tetap bertahan. Terapi perilaku dapat membantu perokok mengidentifikasi pemicu lingkungan dari keinginan mengidam tersebut, sehingga mereka dapat menerapkan strategi untuk mencegah atau menghindari gejala ini dan mendesak.

Artikel diteruskan dari : sini
Diterjemahkan oleh : dr.Ahmad Fachrurrozi

Senin, 12 September 2016

Makan Daging Bikin Darah Tinggi, benarkah?

Foto diambil dari : sini

Hemm, enak banget yaa makan steak, karih, gulai, ataupun olahan daging lainnya. Apalagi, masih dalam suasana Idul Adha, begini.

Okay, sebelumnya, saya mau ngucapin Selamat Idul Adha dulu nih buat para pembaca setia Dokter Muda Bercerita.

Nah, ada sebuah opini yang beredar luas di masyarakat, bahwa Makan Daging bikin Darah Tinggi. Apakah hal itu benar? Yuk, mari baca post ini sampai abis ya. Mari kita sama sama bahas secara ilmiah step by step.


Apa sih Darah Tinggi itu?

Menurut AHA (American Heart Association), darah tinggi (bahasa kerennya : Hipertensi) adalah suatu kondisi ketika kekuatan aliran darah dalam pembuluh darah kita terlalu tinggi.

Coba deh bayangkan, andai ada suatu pipa yang didalamnya mengalir air dengan kekuatan begitu tinggi, lama kelamaan si pipa bisa jebol dong. Sama kayak pembuluh darah, juga begitu.

Kekuatan aliran darah yang terlalu tinggi, jika dibiarkan dalam jangka lama, suatu saat akan menimbulkan masalah berupa rusaknya dinding pembuluh darah. Jika sampai pembuluh darah pecah apa yang terjadi? Maka terjadilah komplikasi dari Darah Tinggi itu sendiri.

Oh iya, jangan lupa. Ada pipa, ada air, tentu ada pompanya dong. Sama kayak darah kita. Darah kita mengalir dalam pembuluh darah, dan jantung berfungsi sebagai pompanya. Kalau tekanan darah tinggi, jantung juga bakal lama kelamaan akan kecapekan. Hingga, jantung pun akan jadi korban kelak.


Komplikasi Darah Tinggi

Nah, tadi kita sudah mengibaratkan pembuluh darah seperti pipa. Aliran darah seperti aliran air di dalamnya. Komplikasi darah tinggi, tentunya ya bisa diibaratkan seperti pipa yang jebol. Atau pompanya yang rusak karena mompa dengan kekuatan yang terus tinggi.

Contoh, kalo jebol pembuluh darah di otak? Jadinya stroke, karena pembuluh darah otak pecah.

Tapi, bisa juga ke organ lain, bikin gagal organ. Seperti ginjal dan jantung. Mekanismenya gak akan kita bahas disini yaa, nanti di lain kesempatan :)


Berapa Tekanan Darah Yang Normal?

Foto diambil dari : sini
Tabel di atas adalah patokan tekanan darah normal berdasar kesepakatan AHA (American Heart Association). Coba deh lihat, ada kata And (DAN), dan ada kata Or (ATAU). Artinya apa?

Normal jika Sistolik kurang dari 120 DAN diastolik kurang dari 80. Kalo salah satu tidak terpenuhi, berarti gak bisa masuk golongan normal dong. Masuk ke kategori lain yaitu prehipertensi, hipertensi stage 1, stage 2, atau krisis hipertensi.


Apakah Makan Daging Membuat Darah Tinggi?

Sebelum masuk ke pembahasan itu. Ada baiknya kita tau dulu, kandungan apa sih dari suatu makanan yang bisa menyebabkan naiknya tekanan darah. Oke, jadi begini.
CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menganjurkan kita untuk makan makanan yang rendah garam (natrium) dan tinggi kalium, karena dapat menurunkan tekanan darah. Nah, hal tersebut dikarenakan, kandungan natrium dalam makanan lah yang menjadi salah satu penyebab utama naiknya tekanan darah.

Selain Natrium, masih ada kandungan lain yang harus diperhatikan. Para Ilmuan dari NHLBI (National Heart, Lung, and Blood Institute) sepakat bahwa untuk menurunkan tekanan darah dan menjaga tekanan darah tetap normal, maka makanan yang dimakan sehari hari harus mengandung lemak jenuh, kolesterol, dan lemak total dalam KADAR yang RENDAH.

Mereka menekankan pada konsumsi rutin buah buahan, sayuran, dan susu yang bebas / rendah lemak. Yang tentunya, jenis makanan ini pasti banyak dibenci orang karena rasanya tidak seenak gulai kambing (hehee, I know it).

Kalau kita sudah tau bahwa Natrium, lemak jenuh, dan kolesterol menjadi biang keroknya, maka untuk menjawab apakah Daging bikin darah tinggi, tentunya kita harus tau kandungan gizi dalam daging itu.

Kandungan Gizi Daging Sapi (sumber : Wikipedia)

Kandungan Gizi Daging Babi (sumber : Wikipedia)

Kandungan Gizi Daging Ayam (sumber : Wikipedia)
 
Kandungan Gizi Daging Kambing (sumber : Wikipedia)


Mari perhatikan 4 tabel kandungan Gizi dari empat macam daging per 100 gram, di atas. Saya cuma bahas 4 daging hewan saja, karena daging hewan ini yang paling sering dimakan sehari hari.

Kandungan natrium dari Daging Sapi 72 mg, Daging Babi 62 mg, Daging Ayam 82 mg, dan Daging Kambing 86 mg. (Kandungan natrium paling tinggi pada Daging Kambing, dan paling rendah pada Daging Babi)

Kandungan kolesterol dari Daging Sapi 90 mg, Daging Babi 80 mg, Daging Ayam 88 mg, dan Daging Kambing 75 mg. (Kandungan kolesterol paling tinggi pada Daging Sapi, dan paling rendah pada Daging Kambing)

Kandungan lemak jenuh dari Daging Sapi 6 g, Daging Babi 5 g, Daging Ayam 3,8 g, dan Daging Kambing 0,9 g. (Kandungan lemak jenuh paling tinggi pada Daging Sapi, dan paling rendah pada Daging Kambing)

Kadungan lemak total dari Daging Sapi 15 g, Daging Babi 14 g, Daging Ayam 14 g, dan Daging Kambing 3 g. (Kandungan lemak total paling tinggi pada Daging Sapi, dan paling rendah pada Daging Kambing).

Setelah kita tahu berapa kadar Natrium, Kolesterol, Lemak Jenuh, dan Lemak Total dari keempat jenis daging itu, sekarang kita musti tahu, berapakah kadar yang tubuh kita butuhkan sehari agar tekanan darah kita tetap normal.

Standard Kebutuhan Gizi untuk mengontrol Tekanan Darah berdasar DASH Eating Plan (diambil dari Buku DASH Eating Plan halaman 5)



Apakah sebelumnya kamu pernah mendengar tentang DASH Eating Plan?
DASH Eating Plan merupakan standard pola makan sehat yang telah ditetapkan oleh para ilmuan NHLBI untuk mengontrol Tekanan Darah agar tetap dalam batas normal.

DASH sendiri merupakan singkatan dari Dietary Approaches to Stoap Hypertension.
Banyak penelitian telah membuktikan dengan menerapkan pola hidup berstandard DASH Eating Plan, membawa dampak positif dalam menurunkan Tekanan Darah.

Oh ya, sebelumnya, saya mau kasih bonus buat pembaca setia Dokter Muda Bercerita, kamu bisa download gratis Buku DASH Eating Plan dengan klik link ini (terbitan April 2006) dan edisi revisi terbarunya di link ini (terbitan Agustus 2015)

Nah, sekarang kita lanjutkan pembahasan kita
Kalau kamu liat tabel di atas, ternyata kebutuhan Natrium (sodium) kita dalam sehari adalah 2300 mg. Sedangkan untuk menurunkan tekanan darah lebih baik lagi, kita cukup butuh natrium 1500 mg  dan kolesterol 150 mg saja dalam sehari.

Jika kita lihat kembali kandungan natrium dalam daging yang sudah kita bahas panjang lebar di atas. Ternyata, dalam 100 gram daging, rata rata kandungan natrium dan kolesterolnya kurang dari 100 mg.


Lalu, kenapa banyak anggapan bahwa Daging Dapat Meningkatkan Tekanan Darah?
Kita tidak boleh melupakan satu hal. Setiap makanan yang kita makan, pasti sudah melalui proses pengolahan dengan berbagai macam bumbu. Dan seperti lagunya Inul, "bagai sayur tanpa garam, kurang sedap, kurang enak". Begitulah kenyataan sehari hari.

Banyak loh dari kita, yang masak dengan takaran garam dan MSG yang membabi buta. Bahkan, ada juga saya lihat, tak jarang di warung makan, orang masih menambahkan garam meja di piringnya, karena merasa makanan itu kurang berasa.

Bumbu masakan tersebut lah, menjadi salah satu pemegang peranan penting dalam meningkatkan kadar natrium (sodium) dari makanan yang kita makan, termasuk Daging.

Kandungan Natrium (sodium) dalam MSG salah satu merek


Coba lihat, MSG salah satu merk, ternyata kandungan Natriumnya 125 mg tiap 1/4 sendoknya. Jumlah yang cukup besar lo. Itu baru 1/4 sendok, silakan anda hitung sendiri jika di masakan anda terdapat 1 sendok bahkan sampai 2 sendok MSG. Jadi berapa totalnya.


Kandungan Gizi per 100 g Garam Dapur (sumber : Wikipedia)


Bagaimana dengan kandung natrium dalam Garam Dapur?

Ternyata, tiap 100 g Garam, mengandung 38.758 mg Natrium. Wow, sangat besar sekali. 

Kalau boleh jujur jujuran nih, coba hitung deh berapa gram Garam yang Anda taburkan di masakan Anda setiap hari? Yakin deh, pasti jumlahnya cukup banyak, karena jika tidak, pasti masakan itu akan sangat terasa hambar.

Apalagi kalo yang dimasak adalah daging. Hemm, kuahnya itu lo, pasti banyak deh garam sama MSG-nya, supaya rasanya lebih nampol.

Jadi Yang Bikin Natriumnya Tinggi itu Bumbunya?

Ya bisa dibilang begitu. Kalo Anda makan Daging tanpa bumbu sama sekali, cuma direbus saja dengan air tak berbumbu, dan disajikan langsung. Ya kadar natriumnya kurang dari 100 mg per 100 gram daging yang anda makan. Tapi, Anda pasti makan daging yang sudah berbumbu kan?

Ya iyalah, kalo gak berbumbu pasti gak enak. Dan bumbu yang ditaburkan supaya sensasi gurihnya meresap ke daging, itu pasti kadarnya bukan main loh.

Oke, kita ambil contoh masakan lain, yang murni mengandalkan bumbu, yaitu Pizza.


Kandung Gizi per 100 g Pizza (sumber : Wikipedia)


Coba lihat, 100 gram Pizza mengandung Natrium 598 mg.

100 gram Pizza itu, menurut Tabel dari salah satu Brand Pizza Ternama, setara dengan 1/8 potong dari Pizza Ukuran Medium. Kalau kamu mau lebih rinci lagi ngeliat tabel kandungan pizza-nya, bisa klik disini

Kenapa sih jadi bahas Pizza? Karena, Pizza diolah dengan bermacam bumbu sampai terasa enak. 

Artinya, bumbu itu berpengaruh sekali dalam menentukan kadar natriumnya. Jadi, 598 mg natrium dalam 100 g pizza, itu sumbernya dari bumbu-bumbunya.

Maka, jangan heran, begitu pula Daging yang Anda Makan.
Harusnya, daging tanpa bumbu, kadar natriumnya per 100 g tidak lebih dari 100 mg. Tapi dengan diolah sedemikian rupa, hingga anda santap dengan begitu enak, kadar natriumnya jadi berbeda.


Pesan Untuk Kita Semua

Makanan yang rasanya hambar, ternyata lebih sehat loh. Tapi ya gak enak dimakan, hehee :)

Tapi memang kalo kita boleh jujur, segalanya yang enak di lidah, rata rata bikin penyakit.
Tapi yang gak enak di lidah, justru rata rata menyehatkan.

Jangan lupa, natrium yang kita makan itu gak cuma bersumber dari daging saja loh. Bahkan nasi, sayur, buah, juga mengandung natrium.

Sehingga, jika dalam masakan daging saja natriumnya sudah terlalu tinggi, maka ketika bercampur dengan nasi, buah dan sayur, makin tinggi lagi natrium yang masuk ke tubuh.

Bukan berarti lalu anda hanya makan daging, dan menghindari nasi buah sayur. Tapi sebaliknya, hindarilah makanan olahan yang tinggi natrium, beralih lah ke buah dan sayur yang lebih sehat dan alami.

Terapkan lah pola makan berstandard DASH Eating Plan (link bukunya sudah ada di atas ya, buruan download dan praktekkan).

Mari sampaikan dan share post ini, ke teman teman Anda, biar kita sama sama menyehatkan Bangsa Ini.

Salam Sehat :)


Sabtu, 10 September 2016

Waspada! Otak Bayi Mengecil akibat Virus Zika


Foto diambil dari : sini

Otak bayi mengecil? Wah berarti ini gawat dong ya, bukan virus yang bisa dianggap remeh
Yups, anda benar sekali. Virus Zika, adalah virus yang lagi marak diperbincangkan belakangan ini, dan virus ini sama sekali tidak bisa dainggap remeh


Apa itu Virus Zika?

Virus Zika disebarkan oleh nyamuk Aedes, yang sering ditemukan di daerah tropis. Kebanyakan, virus ini disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dan sebagian kecil disebarkan oleh nyamuk Aedes albopictus. Jika anda cermati, Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang tentunya tidak asing di telinga. Ya, nyamuk juga dikenal sebagai nyamuk Demam Berdarah, karena dulunya lebih dikenal sebagai pembawa virus Dengue. Indonesia, sebagai negara tropis dengan persebaran nyamuk Aedes aegypti begitu luas, harus waspada terhadap keadaan outbreak virus Zika yang bisa terjadi kapan saja. Terlebih setelah dilansir di Harian Tempo 30 Agustus 2016, bahwa virus ini sudah masuk ke negara kita.


Bagaimana gejala klinis infeksi virus Zika?

Gejalanya tidak khas, hampir sama dengan gejala infeksi virus pada umumnya. Meliputi demam, nyeri kepala, dan ruam yang dapat timbul sampai 1 minggu. Dapat juga memperlihatkan gejala konjungtivitis (infeksi konjungtiva pada mata, yang ditandai mata merah, gatal, dan berair), yang dapat membedakan gejala Zika dengan dengan gejala demam dengue.

Pada beberapa kasus, dapat berpotensi menjadi fatal, karena telah ditemukan timbulnya sindrom Guillain-Barre akibat infeksi virus ini. Sindrom ini merupakan kondisi yang jarang, dimana terjadi pengaruh pada sistem saraf hingga menimbulkan kelumpuhan. Tetapi, sekitar 80% orang yang terinfeksi virus ini, tidak memperlihatkan gejala, sehingga seringkali tidak terdiagnosis.


Lalu Benarkah Otak Bayi Bisa Mengecil Karena Virus Ini?

Foto diambil dari slide presentasi Paola Lichtenverger M.D - UM Tropocal Medicine Program Infectious Diseases, University of Miami Miller School of Medicine, berjudul Zika Virus 

 "Don't Get Pregnant!", itulah headline dari berita CNN Brazil tanggal 24 Desember 2015.
Mengapa masyarakat Brazil malah disuruh untuk tidak hamil? Sebab, Brazil kini sedang outbreak virus Zika. Angka kejadian infeksi virus zika di negeri itu sungguh fantastis, hingga ditemukan salah satu efek berbahaya virus tersebut pada wanita hamil, yaitu Mikrosefali pada Bayi yang dikandung.

Mikrosefali merupakan kelainan berupa ukuran tempurung kepala yang lebih kecil dari normal, akibat perkembangan otak yang tidak sempurna, sehingga otak pun turut memiiki ukuran yang lebih kecil dari normal. Telah dilaporkan bahwa 2400 kasus bayi lahir dengan mikrosefali di Brazil sepanjang tahun 2015, dan hampir sebagian besarnya terlahir dari Ibu yang diduga terinfeksi virus Zika.

Foto diambil dari slide presentasi Paola Lichtenverger M.D - UM Tropocal Medicine Program Infectious Diseases, University of Miami Miller School of Medicine, berjudul Zika Virus 

Foto diatas menggambarkan persebaran angka kejadian Bayi yang terlahir dengan Mikrosefali dari Ibu yang diduga terinfeksi virus Zika. Melihat hal tersebut, tentu kita perlu waspada. Terlebih jika ingin bepergian ke daerah daerah yang rawan terinfeksi Zika.

CDC (Center for Disease Control and Prevention) juga sangat melarang bagi wanita hamil untuk bepergian ke daerah yang telah dinyatakan transmisi aktif virus Zika.

Gambar Negara dengan Transmisi Aktif virus Zika, diambil dari : sini

Gambar di atas merupakan peta persebaran Negara dengan Transmisi Aktif virus Zika yang telah diumukan oleh CDC secara di website mereka. Dan di Asia Tenggara, Singapura masuk ke dalam list tersebut. Jadi, hati hati bagi yang ingin bepergian ke Singapura. Mungkin, sebaiknya diurungkan dulu niatnya jalan jalan ke negeri Singa.


Kok kayaknya Zika ini baru aja kedengeran? Dulu emangnya gak ada ya?

Hemm, jangan salah mas dan mbak bro, Zika sudah ada sejak tahun 1940. Kala itu, Zika pertama kali ditemukan di Uganda dan menjadi endemik di beberapa negara bagian Afrika. Lalu Zika menyebar ke Pasifik Selatan dan Asia, dan baru baru ini ke Amerika Latin. Dan Brazil lah yang paling outbreak belakangan ini (ngalah ngalahin negara asal Zika di Afrika).

Karena Zika disebarkan oleh Aedes aegypti yang notabene merupakan nyamuk di tanah tropis, maka tidak heran jika negara dengan 4 musim seperti Amerika Serikat dan negara di benua Eropa, tidak terlalu merasakan imbasnya.

Jumlah kasus pasti Zika di berbagai negara sejak April 2015-sekarang, diambil dari : sini
Dapat dilihat, pada tabel di atas, hingga saat ini diperkirakan ada 1,5 juta penduduk terinfeksi virus Zika di Brazil, dan itu merupakan angka tertinggi hingga saat ini.

Sebelum tahun 2000, Zika kebanyakan menginfeksi hewan, sehingga virus ini tidak begitu terdengar. Saat itu sangat jarang Zika menginfeksi manusia dan saat itu virus ini juga tidak menimbulkan komplikasi fatal seperti yang terjadi saat ini. Salah satu teori yang dipecaya, bahwa Zika telah bermutasi, sehingga dapat dengan begitu mudahnya menginvasi sel manusia.

Virus Zika juga baru saja menginvasi Amerika (meskipun dalam jumlah kecil), padahal dulu hanya terbatas di Afrika dan Asia Tenggara, terlebih di daerah yang banyak terjadi demam dengue (karena virus ini juga dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti). Sampai saat ini, telah diidentifikasi ada 25 negara yang aktif transmisi virus Zika.

Pada 4 Februari, Spanyol telah mengkonfirmasi ditemukannya kasus virus Zika pada wanita hamil (ini terjadi pertama kali di Eropa). Wanita tersebut baru saja pulang dari Colombia.

Ngeri kan? Betapa cepatnya persebaran virus ini. Sehingga kita harus sangat waspada jika ingin bepergian ke negara negara yang telah dinyatakan aktif transmisi virus Zika.


Apakah sudah ada Vaksinnya?

Dengan tegas, saya jawab belum. Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah transmisi virus Zika. Jangankan vaksin, pengobatan yang spesifik pun belum ada. Sehingga, jika terinfeksi, hanya akan diberikan pengobatan supportif (untuk mencegah komplikasi serius), seperti pengelolaan balans (keseimbangan) cairan.


Jadi gimana dong langkah supaya gak tertular Zika?

Langkahnya, ya jangan bepergian ke daerah yang dinyatakan aktif transimisi virus Zika.
Dan jaga kebersihan, lakukan 4 M untuk mencegah persebaran nyamuk Aedes aegypti.
Sama seperti kita mencegah terjadi Demam Berdarah.

Rabu, 07 September 2016

Akibat Kekurangan Vitamin

Foto diambil dari : sini


Jika anda mengalami kekurangan vitamin, dapat menimbulkan sebuah penyakit yang dikenal sebagai avitaminosis atau hipovitaminosis. Biasanya, penyakit ini tidak akan muncul dalam jangka waktu dekat, sehingga hanya akan bergejala setelah terjadi kekurangan vitamin kronis (berkepanjangan).

Terdapat dua jenis defisiensi vitamin, yaitu jenis primer dan sekunder. Defisiensi primer, adalah defisiensi yang murni disebabkan oleh nutrisi yang inadekuat. Sedangkan defisiensi sekunder, disebabkan oleh penyebab lain seperti malabsorpsi (penyerapan yang tidak baik), kelainan metabolik seperti terganggunya konversi triptofan ke niasin. Dapat juga merupakan suatu hasil akhir dari gaya hidup anda yang buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol.

Berikut ini, adalah penyakit penyakit yang terjadi akibat defisiensi dari tiap jenis vitamin :
  • Vitamin A : rabun senja dan xeroftalmia
  • Vitamin B1 : beriberi dan Sindrom Wernicke-Korsakoff
  • Vitamin B2 : Ariboflavinosis
  • Vitamin B3 : Pellagra
  • Vitamin B5 : Parestesia Kronik
  • Vitamin B7 : berdampak negatif pada fertilitas dan kesuburan rambut serta regenerasi kulit
  • Vitamin B9 (Folat) : meningkatkan risiko defek neural tube pada bayi dalam kandungan
  • Vitamin B12 (Kobalamin) : anemia pernisiosa, anemia megaloblastik, degenerasi korda spinalis kombinasi subakut dan asidemia metilmalonik
  • Vitamin C (asam askorbat : kelemahan, penurunan berat badan, nyeri tubuh, dan sariawan
  • Vitamin D (kolekalsiferol) : riketsia
  • Vitamin E : permasalahan saraf
  • Vitamin K (fillokuinon atau menakuinon) : gangguan koagulasi dan dapat berhubungan dengan osteoporosis
Sumber : Lee Russell McDowell (2000). Vitamins in Animal and Human Nutrition (2 ed.). Wiley-Blackwell.

Suplemen vs Vitamin

Foto diambil dari : sini

Seringkali kita lihat, banyak orang yang mengkonsumsi suplemen. Menurut mereka, suplemen dapat membantu membuat tubuhnya terasa lebih segar dan bugar. Tapi, sebenarnya, apakah bedanya suplemen dan vitamin?

Menurut FDA (US Food and Drug Administration), suplemen makanan adalah sebuah produk yang ditambahkan kedalam makanan untuk menambah nilai nutrisi dari makanan. Suplemen dapat mengandung vitamin, mineral, ekstrak tumbuhan, asam amino, substansi makanan tertentu, dan konsentrat atau metabolit ekstrak (sumber : FDA)

Sehingga, suplemen itu pada intinya merupakan tambahan. Jika kita perlu tambahan, artinya kita dalam keadaan kekurangan. Ya, jika nutrisi anda sehari hari cukup dan tidak kurang, maka tidak logis jika anda mengkonsumsi suplemen.

Apakah suplemen dan vitamin berbeda?

Secara definisi di atas, jelas berbeda. Vitamin merupakan salah satu zat yang dikandung dalam suplemen. Sedangkan suplemen adalah sebuah produk pelengkap makanan sehari hari yang mengandung vitamin dan kandungan lainnya.

Vitamin didefinisikan sebagai komponen organik yang terdapat dalam makanan, yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk pertumbuhan dan menjaga kesehatan (sumber : Farlax Online Medical Dictionary)

Setiap manusia membutuhkan vitamin. Jika kekurangan vitamin, maka tubuh akan mengalami suatu kondisi yang disebut avitaminosis. Sedangkan jika kelebihan, akan mengalami penyakit yang disebut hipervitaminosis.

Nah, dari sini kita paham, bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Kekurangan pun tidak baik. Jadi cukupilah vitamin anda sehari hari dengan kadar yang tepat. Bagaimana caranya? Dengan memenuhinya melalui makanan yang bergizi. Selama makanan Anda sehari hari bergizi (tercukupi kebutuhan sayur, buah, nasi, lauk), maka hampir dapat dipastikan bahwa kebutuhan vitamin Anda sehari hari sudah terpenuhi. Dan anda tidak perlu khawatir sampai harus mengkonsumsi suplemen.

Konsumsi suplemen yang tidak sesuai indikasi, dapat berdampak negatif.

Apa dampaknya? Bisa dibaca di post berikutnya. Silakan klik disini

(penjelasan tentang dampak kekurangan vitamin dibaca disini, sedangkan tentang dampak kelebihan vitamin dapat dibaca disini)

Profil dr. Ahmad Fachrurrozi, M.Sc., Sp.A.


dr. Ahmad Fachrurrozi, M.Sc., Sp.A.

Seorang dokter kelahiran Banjarmasin, pekerja keras, dan punya rasa ingin tahu yang begitu tinggi. Sapaan akrabnya adalah dr. Rozi.

Sejak duduk di bangku kelas 2 SD, ia mulai bermimpi untuk menjadi seorang dokter spesialis anak. Tak pernah sedetik pun di hidupnya terpikir untuk mengubah cita-citanya itu. Untuk mewujudkan mimpi besarnya itu, ia pun mulai mengukir prestasi yang luar biasa sedari kecil.

Di bangku sekolah dasar, ia bersekolah di SD Yayasan Hippindo kota Banjarmasin, dan meraih gelar Siswa Teladan se-Kota Banjarmasin tahun 2002. Ia juga menjuarai lomba Ilmu Pengetahuan Umum se-Kota Banjarmasin di kala itu. Di akhir masa SD-nya, ia menjadi Lulusan Terbaik di sekolahnya.

Di bangku Sekolah Menengah Pertama, ia bersekolah di SMP Negeri 6 Banjarmasin, sebuah SMP favorit dan terbaik di Kalimantan Selatan. Di sekolah ini, ia menjadi siswa Kelas Akselerasi (percepatan belajar 2 tahun) angkatan ke 2 (thn 2003-2005). Semasa SMP ia tidak pernah luput dari peringkat 2 besar di kelasnya dan mewakili sekolahnya dalam ajang Olimpiade Matematika se-Kalimantan Selatan.

Saat memasuki masa SMA, ia memilih untuk merantau ke Jawa, dan berhasil menjadi bagian dari siswa SMA Taruna Nusantara, Magelang (sebuah sekolah swasta bentukan Panglima TNI di thn 1990 yang merupakan SMA Terbaik di Indonesia hingga saat ini).
Semasa menjadi siswa SMA Taruna Nusantara, ia berprestasi begitu gemilang dalam bidang kepenulisan dan keilmiahan. Ia meraih lebih dari 17 penghargaan dan piala semasa SMA dalam berbagai lomba essay, karya tulis ilmiah, debat, dan karya ilmiah remaja di tingkat regional sampai tingkat Nasional. Puncaknya, pada tahun 2007 ia menerima penghargaan penulis muda berbakat dari Menpora karena karya essaynya yang meraih juara pertama kompetisi pemuda tingkat nasional.
Prestasi akademiknya pun sangat gemilang. Setiap semester di sekolah ini, ia tidak pernah luput dari jajaran ranking 10 besar di kelasnya dan menutup masa SMA-nya dengan nilai rerata UN 9,25.

Atas perintah Ibu-nya yang sudah begitu rindu pada anaknya, ia memutuskan untuk kuliah kedokteran dengan kembali di tanah kelahirannya yaitu Banjarmasin.
Ia lulus masuk Fakultas Kedokteran Univ Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin lewat jalur SNMPTN tahun 2008.

Semasa kuliah, ia kembali mengukir prestasi dengan menjadi Juara Lomba Pidato Antar Mahasiswa tingkat Nasional di Pusat Bahasa Depdiknas Jakarta. Ia juga mendapat predikat sebagai Runner Up 2, Mahasiswa Berprestasi tingkat FK ULM thn 2010. Tak hanya jago di bidang akademik, dr. Rozi membuktikan kemahirannya di bidang seni dengan menjadi Juara Lomba Singing Contest Pria antar Mahasiswa tingkat Universitas Lambung Mangkurat di thn 2010. Dan kemudian, di thn 2011, ia menjadi Jawara di ajang Pemilihan Duta Sasirangan (batik khas Kalsel) tingkat Provinsi Kalimantan Selatan.

Ia kemudian melanjutkan pendidikan profesi dokter (koass) di tahun 2012, di rumah sakit pendidikan RSUD Ulin Banjarmasin. Ia berhasil menyelesaikan koass-nya di akhir tahun 2014 dengan prestasi begitu cemerlang.

Saat kelulusan dan pengukuhan menjadi Dokter dalam acara sakral Sumpah Dokter FK ULM ke-55, dr. Rozi dinobatkan sebagai Peraih Nilai Uji Kompetensi Dokter Tertinggi tingkat FK ULM, dan lulus dengan predikat sangat memuaskan (IPK 3,49).
Setelah lulus menjadi dokter, ia kemudian menempuh program Internsip Dokter Indonesia (program pengabdian wajib selama 1 tahun di daerah terpencil, sebagai syarat mendapatkan Lisensi Praktek Dokter).

Ia menjalani Internsip di Kab.Bengkayang, Kalimantan Barat sejak Mei 2015 hingga 27 Mei 2016. Semasa internsip ini, ia kembali mengukir prestasi dengan meraih penghargaan Travel Scholarship Award PIT (Pertemuan Ilmiah Tahunan) Ilmu Kesehatan Anak ke-7 tingkat Nasional di Surabaya. Penghargaan tersebut didapatkannya dalam kompetisi penelitian ilmiah antar dokter-dokter yang berada di perbatasan dalam bidang kesehatan anak.

Prestasi Non Akademik pun kembali diukirnya semasa itu, dengan menjadi Wakil III Nanang Kab. Banjar 2016 (Duta Wisata) serta Duta Lingkungan Hidup Kab. Banjar 2016.

Sejak 6 Juni 2016, ia resmi menjadi Dokter yang bekerja di RS.Pupuk Kaltim - Satelit 3 sekaligus merangkap sebagai Dokter Perusahaan PT. PAMA PERSADA NUSANTARA distrik Indominco, Bontang - Kaltim.

Pasca 1 tahun bekerja bersama RS Pupuk Kaltim dan PT. PAMA PERSADA NUSANTARA, ia kemudian mencoba peruntungan untuk melanjutkan studi di Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak FKKMK UGM pada Juli 2017. Di luar prediksinya, ia berhasil lulus dan melanjutkan studi spesialis-nya di UGM, dengan combined degree sekaligus pendidikan Master of Science bidang Ilmu Kedokteran Klinis.
 
Semasa pendidikan spesialis, ia juga aktif berorganisasi dan diamanahi tugas sebagai Ketua 1 Ikatan Residen Ilmu Kesehatan Anak (IKARES IKA) FKKMK UGM periode 2020-2021, serta sebagai anggota seksi Humas dan Media Himpunan Mahasiswa Pascasarjana UGM 2020. 

Pada Agustus 2021, ia menjalani Ujian Nasional Kelulusan Dokter Spesialis Anak dan mengharumkan nama UGM karena berhasil lulus 100% bersama teman-temannya tanpa ada tertinggal satupun. Kini ia telah berhasil mewujudkan mimpinya sedari kecil, yang ia mimpikan sejak ia duduk di bangku kelas 2 SD, dengan berhasil meraih gelar M.Sc., Sp.A. di belakang namanya.


LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...