Rabu, 09 Mei 2012

Amankah Suntik Vitamin C untuk Tubuh?

Di negeri kita, belakangan ini banyak orang yang keranjingan suntik vitamin C. Mulai dari Ibu-ibu, remaja, sampai Om-Om dan Bapak-Bapak juga ada yang suntik vitamin C. Sebenarnya amankah suntik vitamin C?

Baiklah, saya ingin sedikit share ilmu yang saya dapat dari hasil baca-baca jurnal kesehatan. Semua yang saya tulis ini saya dapat murni dari jurnal dan buku, setiap di akhir paragraf (yg berisi informasi kesehatan) saya bubuhi dengan nomor daftar pustaka yang dapat Anda lihat kepustakaannya di list pustaka di akhir posting ini.

Pertama-tama, apakah Anda tahu berapa miligram Anda disuntik Vitamin C?
Apakah Anda tahu berapa kebutuhan normal vitamin C per hari yang diperlukan oleh tubuh kita?

Nah, seperti yang kita tahu, selama ini beredar banyak dipasaran beragam suplemen vitamin C. Bahkan, kadarnya pun bermacam-macam, mulai dari 10 mg hingga 1000 mg. Padahal, kecukupan gizi vitamin C per hari bagi orang dewasa yang hidup tenang, tidak stress, atau tidak dalam kondisi yang sakit adalah 60-75 mg per hari. Sedangkan untuk yang tinggal di kota besar yang penuh polusi seperti Jakarta, dosis 500 mg dapat diterima (1).

Yang perlu diperhatikan disini adalah, dosis di atas diberikan secara oral. Artinya, Anda mengkonsumsi vitamin C lewat mulut, bukan disuntikkan (injeksi).
Apa sih bedanya pemberian suatu obat secara oral dan injeksi?

Obat yang diberikan secara oral akan lebih susah diserap oleh tubuh dibandingkan obat yang diberikan secara injeksi. Sebab, obat yang diberikan secara oral akan melalui berbagai hambatan sebelum masuk ke peredaran darah. Hambatan tersebut meliputi pH asam yang ada di Lambung (pH 1-3), pH asam yang ada di usus bagian atas (pH 3-6), laju pengosongan lambung (kalau lambung makin cepat dikosongkan maka isi lambung makin cepat mengalir ke usus sehingga obat akan bisa diserap lebih lama di usus) (2).

Pemberian obat secara oral lebih disukai karena lebih aman. Sebab, dengan diberikan secara oral maka obat lebih lama untuk bisa mencapai peredaran darah. Selain itu, dengan berbagai macam hambatan dalam absorbsi obat lewat oral, akan menurunkan resiko efek samping (2).

Sebaliknya, jika obat diberiksan secara injeksi, maka obat akan masuk peredaran darah dengan pola absorbsi yang cepat (subkutan dan intramuskular), bahkan mungkin tanpa melalui proses absorbsi sama sekali (intravena). Dengan demikian, maka obat yang diberikan secara injeksi akan meningkatkan resiko efek samping (2).

Nah, makanya dokter yang bener biasanya gak bakal asal ngasih obat suntikan. Itu sih persepsi masyarakat awam yang selalu pengen disuntik kalo ketemu dokter. Sebenarnya, untuk menyuntik pasien, dokter itu berpikir berkali-kali. Kalau memang tidak ada indikasi untuk disuntik, ya harusnya gak boleh disuntik, mengingat resiko-resiko tadi.

Sekarang Anda sudah paham?
Baiklah, kita masuk ke tahap 'indikasi'. Jadi, untuk memberikan suntikan apapun diperlukan indikasi yang jelas. Sama seperti suntik vitamin C. Kalau tidak ada indikasi, ya harusnya tidak boleh disuntik vitamin C.

Berikut ini adalah indikasi suntik Vitamin C dari hasil penelitian Sebastian D. Pajayatti et.al (2010) :
1. Fatigue (Kelelahan)
2. Breast Cancer (Kanker Payudara)
3. Virus (Infeksi Virus)
4. Lyme Disease (terus terang saya belum pernah mendengar penyakit ini, nanti saya akan mempelajarinya dulu)
5. Colon Cancer (Kanker Usus Besar)
6. Influenza
7. Hepatitis (Sakit kuning)
8. Prostate Cancer (Kanker Prostat)
9. Fibromyalgia (gejalanya : lelah dan otot terasa pegal, nyeri)
10. Lymphoma (kanker limfosit)
11. Ovarian Cancer (Kanker Ovarium)
12. Lung Cancer (Kanker Paru-Paru)
13. Upper Respiratory Infection (Infeksi Salutan Pernafasan Atas)
14. Detoxification (detox)
15. Common Cold (masuk angin, gejala gejala seperti flu)
16. Chelation (terapi kelasi besi, biasanya untuk pasien thalassemia yang sering mendapatkan transfusi darah)
17. Epstein barr (Infeksi virus epstein barr, yang ini cari di google aja yaa, soalnya panjang penjelasannya, hehehee)

Nah, dari 17 indikasi untuk suntik vitamin C di atas, tidak ada sama sekali indikasi untuk suntik vitamin C karena alasan : "Ingin memutihkan kulit".
Ya, saya tau kok, Anda tertarik membaca judul saya karena Anda berpikiran ingin suntik vitamin C karena alasan memutihkan kulit khan? hehehee.....

Dari indikasi saja, artinya suntik vitamin C untuk meutihkan kulit sebenarnya sangat salah. Sekarang mari kita amati dari segi efek samping. Apa efek samping dari suntik vitamin C.

Efek samping yang bisa didapatkan dari suntik vitamin C ini meliputi (3):
1. Lethargy/Fatigue (Lesu/Kelelahan)
2. Local Vein Irritation (Iritasi pembulah darah vena lokal)
3. Phlebitis (Peradangan pembuluh darah vena yang biasanya terjadi di tungkai)
4. Kidney Stone (Batu ginjal)
5. Hemolysis (Rusaknya membran sel darah merah dini)
6. Elevated Blood Glucose (Gula darah tinggi)
7. Muscle Cramps (Kram otot)
8. Headache (Sakit kepala)
9. Change in Mental Status (Perubahan Status Mental)
10. Nausea/Vomiting (Mual/muntah)
11. Flu Like Syndrome (Kumpulan gejala-gejala yang menyerupai Flu)
12. Renal Failure (Gagal ginjal)
13. Syncope (Pingsan)
14. Pain at Tumor (Sakit pada tumor)

Jadi, amankah suntik vitamin C?
Kesimpulannya, tergantung indikasi. Kalau memang Anda ingin suntik vitamin C dengan indikasi yang benar seperti salah satu indikasi di atas, ya sah sah aja Anda untuk disuntik. Sebab, dengan adanya indikasi, itu berarti suntik vitamin C akan membawa lebih banyak dampak positif daripada dampak negatif untuk kesehatan Anda.


Berbeda halnya jika Anda ingin suntik vitamin C untuk memutihkan kulit. Itu bukan indikasi yang tepat. Hal tersebut akan menimbulkan dampak negatif yang lebih banyak daripada dampak positif yang akan terima.


Bertindaklah bijaksana, Bung. Kesehatan Anda ada di tangan Anda sendiri.


Daftar Pustaka :
1. Ari Y, Bambang S, Eko S. Peran Radikal Bebas Pada Intoksikasi dan Patobiologi Penyakit. Banjarmasin : Pustaka Banua, 2009.
2. Joel GH, Lee EL. Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta : EGC, 2008.
3. Sebastian JP, Andrew YS, Qi C, et al. Vitamin C: Intravenous Use by Complementary and Alternative Medicine Practitioners and Adverse Effects. Plos One 2010; 5:1-8.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...